Sebelum kepada tempat GOODREADS, baik untuk dibaca yang berikut ini. Selesai baca silahkan klik GOODREDS warna merah menuju TKP untuk bikin akun poya-poya baca buku atau melakukan apa saja.
Sebagian orang membuat kesimpulan yang barangkali tidak sepenuhnya salah: gadget dan jejaring sosial telah menyihir sebagian penggunanya, ketimbang membaca buku. Walaupun saat ini masih terbilang terbatas, misalnya di kampung-kampung belum menjadi fenomena yang signifikan
Cobalah tengok apa yang terjadi di dalam kereta eksekutif atau commuter line, di pagi hari atau sore hari.Tidak bisa dipungkiri mayoritas penumpang terlihat asyik mengutak-atik
telepon pintar atau Ipodnya, ketimbang membawa atau membaca buku.
Ini hanya sekedar contoh kecil.
Kasus lainnya: seorang bocah berusia belasan tahun kini asyik dengan gadget barunya, bercakap-cakap dengan teman mayanya dan pelan-pelan meninggalkan kebiasaan lamanya membaca buku di waktu senggang.
Membaca, menjadi hal yang “istimewa”. Buku, menjadi benda yang “kuno”.
Padahal, membaca merupakan kegiatan belajar yang tidak terpisahkan. Apa
jadinya kalau membaca hanya dianggap sebagai kewajiban, tanpa passion?.
Mungkin inilah salah satu penyebab rendahnya minat baca pada siswa, mereka lebih asyik berkutat dengan gadget daripada buku. Ingat, ini akan terus berkembang, sangat mungkin akan diikuti bocah-bocah di kampung sekalipun.
Namun, apakah mesti selalu demikian?
***
Konon katanya, sekitar lima tahun silam, sebuah situs jaringan online baru telah lahir. Namanya: Goodreads.
Dilihat sekilas judulnya, kehadirannya agaknya merupakan jawaban atas
pertanyaan di atas: yaitu bagaimana jejaring sosial yang tidak bisa
dielakkan kehadirannya dapat sekaligus membuat minat membaca (buku)
masyarakat tidak menurun.
Benarkah? Coba sekarang kita lihat seperti apa isi Goodreads.
Secara sederhana, jejaring sosial ini merupakan wadah bagi siapa pun
untuk memberikan postingan atau komentar atas buku-buku yang sedang
dibaca, telah dibaca, atau buku yang ingin dibaca. Di dalamnya, siapa pun yang mendaftar dalam jejaring sosial itu, dapat menulis ulasan tentang isi buku miliknya atau orang lain. Seperti yang diakui para pengguna Goodreads, jejaring sosial ini dapat digunakan sebagai perpustakaan pribadi yang bersangkutan.
Maksudnya? Begini. Si pemilik akun Goodreads dapat memasukkan judul buku, pengarang atau bahkan tebal halaman buku koleksinya. Jika beruntung, buku miliknya sudah terdaftar, atau sudah dimiliki orang lain dan datanya dimasukkan ke Goodreads. Nah, dengan demikian, si pemilik akun itu secara tidak langsung mendata
buku-buku miliknya secara digital. Di dalamnya, sang pemilik akunnya
dapat memasukkan data tentang 'sampai halaman berapa saya membaca buku
A'......
Luar biasa bukan! Anda dapat pula memasukkan siapa pengarang
favorit Anda, sekaligus mendiskusikan isi buku tertentu dengan pengguna Goodreads lainnya.
***
Itulah sebabnya, sebagian orang menyebut Goodreads sebagai perpustakaan online. Di dalamnya, kita dapat memasukkan data tentang koleksi buku-buku kita.
Itulah sebabnya, sebagian orang menyebut Goodreads sebagai perpustakaan online. Di dalamnya, kita dapat memasukkan data tentang koleksi buku-buku kita.
Yang menarik, jika kita telah memasukkan data-datanya, akan muncul
gambar sampul buku koleksinya. Ini bisa terjadi apabila ada seseorang
yang mengkoleksi buku-buku yang mirip dengan milik Anda. Lebih dari itu pemilik akun Goodreads bisa meresensi isi buku yang
sedang dia baca. Dia juga dapat mengomentari buku yang sedang dibaca
oleh temannya.
Goodreads sangat dapat dimanfaatkan untuk pelajaran sastra di sekolah-sekolah. Jadi, Guru, berilah tugas pada para siswa untuk membaca dan
meresensi. Buat daftar buku-buku yang harus mereka baca selama satu
semester atau satu bulan, dan meresensikannya di Goodreads.
Lihat contoh gadget/widget yang terdapat pada side bar blog ini.
Selamat Membaca !
Baca Juga Artikel Lainnya :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terims kasih atas kunjungan Anda. Silahkan tinggalkan komentar untuk postingan ini, tapi jangan nyepam ya !